oleh

Kemal Khalfani

Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan berbahasa kita dapat melakukan proses komunikasi yang dilakukan untuk proses kelangsungan hidup sehari-hari. Berkomunikasi atau bertutur kata kerap kali memiliki makna dan tujuan yang akan dituju oleh penutur kepada petutur, hal tersebut diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman makna yang terkandung di dalam isi pesan atau tuturan yang diberikan oleh penutur. Isu kemanusiaan sangat sering terdengar di telinga kita, apa lagi dengan banyaknya kejadian-kejadian yang merugikan beberapa pihak, menjadikan isu kemanusiaan tersebut terlihat lumrah dan biasa saja. Feast, yaitu sebuah band asal Indonesia mengangkat isu-isu kemanusiaan di Indonesia melalui karyanya yang berjudul “Peradaban”.

Lagu merupakan sebuah karya yang dibuat seseorang yang bertujuan untuk meluapkan suatu emosi dan pemikirannya. Feast mengangkat isu kemanusiaan dalam lagunya yang bertujuan untuk memberitahu kepada khalayak bahwa beberapa isu kemanusiaan yang terjadi di Indonesia sudah terlalu sering dan menjadi hal lumrah. Untuk menggali apa saja yang Feast sampaikan, diperlukan analisis yang dilandaskan dengan teori para ahli. Salah satu dari beberapa teori kebahasaan yang digunakan untuk menganalisis subjek tersebut ialah teori semiotika Roland Barthes. Roland Barthes dalam teorinya menghadirkan konsep konotasi dan denotasi yang masing-masing berfungsi sebagai penjelas hubungan antara penanda atau petanda, dan juga pemaknaan yang dikaitkan dengan keadaan psikologis, perasaan, dan keyakinan.

“Peradaban” merupakan sebuah lagu yang dirilis oleh Feast, lagu ini sangat populer khususnya di kalangan anak muda. Lagu ini menceritakan tragedi atau isu kemanusiaan yang terjadi di Indonesia. Lirik dari lagu tersebut memiliki arti yang cukup mendalam, seperti dalam penggalan liriknya yaitu “walau diledakkan diancam tuk diobati”, lirik tersebut memiliki makna denotatif yaitu diledakkan, diancam, dan diobati – makna yang disampaikan dalam lirik tersebut ialah masih banyak tragedi pengeboman yang terjadi di Indonesia. Ada pula lirik dari lagu tersebut yang menunjukkan bahwa kuatnya sekelompok orang tersebut untuk melanjutkan hidup dan tidak peduli apa yang telah terjadi kemarin, makna tersebut terdapat dalam penggalan lirik “Kebal luka bakar, tusuk atau caci maki” yang memiliki makna denotatif kebal, luka bakar, tusuk, caci maki.

Ketajaman lirik lagu tersebut juga didukung oleh visualiasi video klip yang sangat baik. Video klip berdurasi 6 menit 29 detik itu mendapatkan jumlah pemutaran video yang cukup banyak, yaitu 16 juta kali ditonton dalam kanal Youtube mereka. Dalam video tersebut warna merah menjadi warna yang dominan ditampilkan, yang artinya ada pesan keberanian yang mereka sampaikan kepada para pendengarnya. Selain warna merah, warna kuning juga cukup dominan dalam video klip tersebut. Warna kuning terlihat dalam video ketika setiap lirik lagu tersebut muncul, hal ini menandakan ada pesan optimis yang mereka yakini dan mereka tunjukkan kepada para pendengarnya.

Lagu merupakan sebuah karya yang dibuat seseorang yang bertujuan untuk meluapkan suatu emosi dan pemikirannya. Lagu “Peradaban” karya dari Feast memiliki kesan dan pesan yang cukup mendalam dalam liriknya maupun dalam video klip lagu tersebut. Pesan perjuangan, kekuatan, dan optimistik terbalut rapi dengan musik dan visualisasi video yang baik. Analisis lagu tersebut menggunakan semiotika Roland Barthes, di mana konsep denotasi dan konotasi menjadi sebuah pemaknaan yang dikaitkan dengan perasaan, psikologis, dan keyakinan.

Redaktur: Jatmika Nurhadi