oleh

Mutaz Alya Nudhar

Di era globalisasi ini, lapisan masyarakat di seluruh dunia dipaksa untuk menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk kemajuan teknologi sebagai salah satu perkembangan masuknya globalisasi dengan adanya sosial media yang membuat masyarakat di dunia terkoneksi satu sama lain dalam lingkungan global yang tanpa batas. Kemajuan teknologi ini memberikan dampak positif dari segi kemudahan masyarakat untuk memperoleh sebuah informasi, pengetahuan, khususnya dalam menyampaikan sebuah aspirasi atau pesan di media sosial.

Sebagai contoh,adalah febomena “roasting” sebagai istilah stand up comedy dalam mengktirik. Berkaca kepada kata “roasting” itu sendiri memiliki arti kenapa “roasting” dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mengkritik?, karena dalam pengertiannya, roasting berasal dari bahasa inggris, dan bersumber dari kata ‘roast’ yang artinya ‘memanggang’ ‘memarahi’ dan ‘menyerang. Namun dalam bahasa yang tidak baku, roast menurut kamus Cambridge berarti “mengkritik atau menegur dengan keras”. Biasanya, pelaku roasting dan objek yang hendak dibahas saling kenal, dan melakukan diskusi sebelum naik panggung. Hal ini untuk mencegah munculnya tema yang sensitif atau menyinggung objek secara tiba- tiba. Karena sebagaimana berkaca kepada undang-undang ITE, suatu kalimat yang berindikasi merujuk seseorang dapat berakibat pada unsur-unsur pidana karena dapat merugikan seseorang tersebut, oleh karena itu, perlunya izin dan diskusi jika ingin me-roasting.

Seperti apa yang dilakukan oleh pelaku stand up comedy atau biasa disebut komika Kiky Saputri kepada Fadli Zon yang menjabat sebagai wakil ketua DPR-RI. Dalam video yang diunggah oleh Kanal Youtube Bahri Sb dengan judul “NGERI!!! Kiky Saputri Roasting Fadly Zon Sampe Ngamuk| Stand UP” dengan durasi video 5:56 dan jumlah viewers 1.736.438 terhitung sampai tanggal (26/03/2022), menjadi objek kajian yang menarik untuk dikaji. Salah satunya ditemukan satu ujaran yang telah penulis transkripkan menjadi:

Tapi saya nge-fans idola banget sama pak Fadly Zon, Saking nge-fans-nya, saya sampe kepoin tuh Twitter beliau, ih, keren banget, Ih~, setiap kali beliau update status di Twitter yang bales ribuan walaupun isinya makian semua, tapi beliau tetap stay cool gitu, kan?, Ni kalo kalian perhatiin ya.. isi twitter pak Fadly Zon, Ya Allah setiap hari update-nya tiap dua menit sekali, ini bapak mohon maaf ni aktif banget di sosial media pak, Bapak anggota dewan atau admin Lambe Turah?, saya itu Cuma mikir saja gitu pak ini bapak kerjaannya apa kalo nge-tweet mulu, atau sebenarnya bapak itu punya asisten jadi bapak nge-tweet asisten bapak yang kerja.”

Berdasarkan teori pragmatik, Griffiths adalah one-way entailment, dan yang kedua adalah two-entailment. Dalam memahami makna, Yule (1996) menyimpulkan terdapat enam jenis praanggapan di antaranya adalah existential, factive, non factive, lexical, structural, counter-factual.

  • Kalimat 1 (p) : bapak itu punya asisten
  • Kalimat 2 (q) : bapak nge-tweet asisten bapak yang kerja

Secara existensial kalimat dua memiliki asumsi:

  • Fadly Zon kerjanya nge-tweet
  • Asistennya kerja sebagai anggota dewan

Dengan begitu, fenomena “roasting” yang dilakukan oleh para komika termasuk Kiky Saputri dapat dikaji secara ilmiah dengan menggunakan pendekatan pragmatik sehingga dapat dipahami maknanya dan mampu memberikan kajian referensi atau contoh bagi masyarakat di bidang keilmuan linguistik.

Redaksi: Jatmika Nurhadi