Pernah mendengar kasus selebgram yang jatuh lumpuh setelah mengalami kecelakaan bersama mantan kekasihnya? Ya, petaka yang menimpa mendiang Laura Edelenyi sempat menggegerkan dunia maya pada (8/12/22) silam. Tidak hanya dampak dari kecelakaan tersebut, tapi juga klarifikasi dari mantan kekasihnya, Gaga Muhammad, ikut tersorot. Pasalnya, warganet menganggap apa yang disampaikan oleh Gaga melalui kanal Youtube-nya tersebut hanya memperkeruh keadaan. Dalam videonya yang berdurasi 12 menit 20 detik itu, ia mengklarifikasi mengenai musibah yang menimpa “keduanya” dengan tujuan membuka pandangan warganet untuk melihat dari dua sisi.

Memang tidak ada yang salah dengan klarifikasi, namun warganet menganggap bentuk pembelaan diri ini sangat terlewat batas. Gaga menuturkan beberapa kalimat seolah-olah ia tidak terima ketika mendapat hujatan karena telah mencelakai mantan kekasihnya. Baginya, karena ia juga terlibat dalam kecelakaan tersebut, maka ia juga menjadi korban. Namun, dampak yang ia dapatkan tidak separah mendiang Laura. Logikanya, jika seseorang mengalami kecelakaan dan melibatkan korban lain, tentunya orang tersebut akan meminta maaf dan sebisa mungkin menanggung akibatnya. Bukannya malah membuat klarifikasi atau mencari validasi dari orang lain, kemudian mengunggahnya di Youtube yang otomatis orang tersebut juga akan mendapat keuntungan.

Akibat dari video klarifikasi tersebut, semakin banyak hujatan yang dilontarkan kepadanya. Dalam kasus ini, kita dapat melihat bagaimana tuturan Gaga dapat mempengaruhi penonton atau warganet. Berdasarkan ilmu linguistik, bentuk tuturan beserta maksud dan tujuannya termasuk ke dalam kajian pragmatik. Thomas (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai kajian makna dalam interaksi, sedangkan Richards (1980) mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa di dalam komunikasi, terutama hubungan di antara kalimat dan konteks yang disertai situasi penggunaan kalimat itu. Maka, perlu digarisbawahi bahwa ada dua hal penting yang dicermati dalam pragmatik, yakni penggunaan bahasa dan konteks.

Kinneavy dalam Chaer (2003) berpendapat penggunaan bahasa berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berekspresi. Ia membagi fungsi bahasa menjadi lima, yakni fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment. Selain itu, unsur penting lainnya yaitu konteks berkaitan dengan kapan, di mana, dalam kondisi bagaimana, mengapa tuturan itu disampaikan, dan bagaimana cara mewujudkannya serta kepada siapa tuturan itu diberikan (Kunjana Rahardi, 2019). Penggunaan bahasa atau tindak tutur dimaksudkan untuk menyampaikan pesan atau tujuan dari penutur kepada lawan tutur. Austin (1962) membagi jenis tindak tutur menjadi tiga, yakni lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi berkaitan dengan pernyataan (the act of saying something), ilokusi berkaitan dengan tindakan yang dilakukan lawan tutur (the act of doing something), dan perlokusi berkaitan dengan efek dari sebuah tuturan (the act of effecting someone).

Mari kita lihat bagaimana tuturan Gaga Muhammad dalam video klarifikasinya melalui sudut pandang pragmatik. Di sini, penulis tidak menganalisis semua tuturan Gaga, namun hanya memilih beberapa kalimat yang menurut penulis sesuai untuk dikaji dengan bidang pragmatik.

Pada awal video, Gaga menyatakan bahwa klarifikasi ini dibuat untuk menanggapi kecaman yang terlontar untuknya di dunia maya pada saat itu, sekaligus untuk menganjurkan masyarakat atau warganet agar melihat peristiwa dari dua sisi sehingga tidak memojokkan satu pihak saja. Pertama-tama ia menjelaskan situasi sebelum kecelakaan terjadi, yaitu ia mengaku bahwa ia dan kawan-kawannya telah mengonsumsi alkohol. Berdasarkan pernyataan tersebut, kecelakaan ini seolah memang wajar terjadi karena di bawah pengaruh alkohol dan bukan disengaja. Pernyataan lanjutan juga diujarkan oleh Gaga bahwa saat itu ia dalam keadaan kelelahan.

Seperti yang kita ketahui telah ada undang-undang yang mengatur perihal berkendara sambil mabuk pada Pasal 310 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu, sudah banyak pula data kasus mengenai dampak berkendara saat mabuk yang dapat dibilang cukup tinggi. Hal ini seharusnya sudah bisa menyadarkan masyarakat bahwa jika memang tidak dalam keadaan cukup sehat atau sadar, sebaiknya menunda perjalanan jauh yang membutuhkan kendaraan. Maka, tuturan Gaga dalam klarifikasinya tersebut tidak dapat ditolerir. Selain karena sudah ada aturannya dalam hukum, tuturannya juga termasuk defensif terhadap kelalaiannya. Seolah masyarakat atau penonton tayangan tersebut harusnya memaklumi kecelakaan yang menimpanya dan mendiang Laura. Nyatanya, hal tersebut malah mengundang banyak reaksi geram masyarakat yang semakin menganggap bahwa Gaga benar-benar bersalah dan tebal muka.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur yang dilakukan Gaga merupakan sebuah klarifikasi atau pernyataan pengakuan atas kecelakaan yang sempat menggemparkan dunia maya ini. Melalui klarifikasi ini, Gaga mengharapkan penontonnya untuk memaklumi kesalahannya dan tidak memojokkannya lebih jauh lagi. Akan tetapi, dengan adanya klarifikasi ini justru membuat warganet memandang Gaga sebagai orang yang manipulatif dan tebal muka sehingga membuat kecaman terhadapnya semakin banyak.

Penulis: Faizah Isyika.