“Kalau kamu cantik, mau ngebunuh orang pun pasti ada yang bela!”

Modal ganteng doang, semua cewe langsung nempel meski lu attitude nya kek setan, bro!”

Merasa familiar dengan kalimat seperti di atas itu? Tak bisa kita pungkiri, komentar sejenis di atas akan kita temui ketika sedang menjelajah dunia virtual. Sebuah privilege yang gratis didapatkan oleh seseorang atau suatu kelompok secara tidak langsung jika kita memiliki sesuatu. Meski kita mengetahui dengan jelas bahwa semua manusia memiliki hak yang sama, hal tersebut akan tetap ada seberapa keras pun kita mencoba untuk menghapusnya. Tapi, privilege itu apa? Memang hanya orang yang memiliki keuntungan saja yang bisa mendapat privilege? Apa yang membuat seseorang bisa mendapat privilege itu secara cuma-cuma?

Akhir-akhir ini kata “Privilege” menjadi tenar karena salah satu figuran bernama Indra Kenz mengatakan “Miskin itu privilege!” Tentu dengan kalimat seperti itu memuakkan kebanyakan netizen Indonesia. Lalu, apa sih privilege itu? Privilege sendiri diambil dari bahasa inggris yang berarti hak istimewa. Hak istimewa ini terkadang dianalogikan oleh masyarakat kepada orang-orang yang memang terlahir spesial atau telah menggapai sesuatu. Misal orang yang terlahir sebagai bangsawan tentu memiliki hak istimewa juga ketika kelak mereka akan diangkat menjadi seorang pemimpin, atau ketika kerja keras kita terbayarkan, pangkat atau jabatan pun menjadi setingkat lebih tinggi.

Bentuk dari privilege sendiri bermacam-macam. Mulai dari privilege orang kulit putih sampai privilege seorang bangsawan. Namun begitu, seiring perkembangannya, istilah ini sudah diartikan sebagai hak istimewa bagi mereka yang terlahir “beruntung”. Kita semua, manusia, sebenarnya memiliki hak istimewa hanya saja dalam wujud dan manfaat yang berbeda setiap insannya. Maka dari itu, seseorang mendapatkan privilege nya tentu secara cuma-cuma yang mana nantinya menjadi keuntungan pribadi. Kesampingkan fakta bahwa stereotipe privilege itu hanya didapatkan oleh sebagian orang saja, seseorang yang hidup dan tumbuh dalam latar latar belakang apapun, mereka diperlakukan seperti manusia lainnya, sudah dikatakan memiliki privilege nya sendiri.

Sebelumnya, di atas penulis menyinggung soal kasus Indra Kenz pada tuturan yang berkonteks “Miskin itu Privilege”. Begini tuturannya:

Sebenarnya lahir miskin itu juga privilege sih, bisa merasakan berjuang dan jadi sukses. Kalau lahir dari keluarga yang udah kaya, tekanan mental lebih besar. Kalau udah terlahir kaya enggak bisa jadi miskin, harus jadi lebih kaya lagi dan itu yang berat.”

Seperti sedikit penjelasan soal privilege di atas, pernyataan dari Indra Kenz soal miskin itu privilege pun sudah salah kaprah. Privilege adalah hak istimewa. Istimewa itu sama saja dengan spesial, khusus, beda dari yang lain. Jika miskin itu privilege, lalu apa yang spesial dari kemiskinan? Memang benar semua orang memiliki privilege-nya masing-masing, namun itu dalam hal yang berbeda dan takaran yang berbeda pula. Kemiskinan adalah sesuatu yang terjadi karena adanya ketimpangan sosial dan ekonomi, bukan sesuatu yang didapat sebagai takdir sejak lahir. Jika memang miskin adalah privilege, semua manusia yang hidup ingin menjadi miskin agar diperlakukan istimewa.

Perbedaan makna privilege yang dipahami oleh Indra ini dapat dikatakan, dialah yang tidak mengerti makna dari privilege itu sendiri. Tidak heran jika privilege membuat sebagian orang kebingungan hingga salah kaprah ketika memahaminya karena di sana mencakup kelas sosial, ketidakadilan, rasisme, dan masih banyak lagi. Yang mana berujung negatif jika dibahas tanpa memahami makna sebenarnya. Privilege akan kembali memiliki makna yang relatif, jika saja kesalahpahaman arti dalam sekelompok orang dapat diluruskan kembali.

Penulis: Putri Sopyanti