Metafora merupakan galat satu jenis majas yang acap kali ada pada suatu pembelajaran bahasa. Majas sendiri merupakan cara menggambarkan sesuatu menggunakan jalan menyamakannya dengan menggunakan sesuatu yang lain, atau dikenal pula dengan menggunakan suatu kiasan. Majas adalah gaya bahasa yang dipakai untuk mengungkapkan pesan, menggunakan cara yang tergolong imajinatif atau berupa kiasan. Penggunaan majas bertujuan menciptakan pembaca menerima dampak eksklusif menurut gaya bahasa tadi yang cenderung maju ke arah emosional. Biasanya, majas dipakai pada suatu karya sastra menggunakan tujuan agar menaruh dampak-dampak eksklusif sebagai akibatnya karyanya bisa terlihat lebih hidup.

Menurut Pradopo dalam Pengkajian Puisi (1990), metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingkan, hanya saja tidak menggunakan kata pembanding. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Dilansir dari kompas.com, bahasa kiasan ini terdiri dari dua bagian. Bagian tersebut ialah term pokok dan term kedua. Term pokok menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan term kedua untuk membandingkan. Posisinya tidak perlu berurutan.

Contoh kalimat majas metafora adalah sebagai berikut:

  • Aku selalu dianggap anak papa oleh teman-teman

Makna dari majas tersebut adalah kata aku dalam kalimat tersebut berarti seseorang yang seringkali mengandalkan/bergantung kepada ayahnya oleh para teman-temannya.

Contoh lainnya:

  • Si jago merah berhasil melahap hampir semua bagian pasar minggu di tempat kejadian.
  • Perasaan rendah hati menjadi nilai plus anak itu.
  • Semua orang tidak menyukainya karena sifatnya yang ringan tangan
  • Pria itu dijauhi orang-orang karena sifat hidung belangnya

Perlu diingat, metafora termasuk ke dalam macam-macam majas perbandingan. Majas perbandingan ini meliputi pada majas yang menggunakan gaya bahasa ungkapan dengan cara membandingkan suatu objek dengan objek yang lainnya.

Kontributor: Fryan Septiansyah